Tujuan dan Manfaat Organisasi Pendidikan (Revisi)
TUJUAN
DAN MANFAAT ORGANISASI PENDIDIKAN
DI
SMK BAKTI NUSANTARA 666
LAPORAN
Diajukan
sebagai Tugas Akhir Mata Kuliah
Pengelolaan Pendidikan
Dosen
Pengampu: Dr. Ara Hidayat, M.Pd
pada
Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA
Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan
Oleh
:
LINDA
RAMADHANTY
1162060060
BANDUNG
2017
M/1438 H.
LEMBAR
PENGESAHAN
Pengesahan
laporan kegiatan tentang
TUJUAN
DAN MANFAAT ORGANISASI PENDIDIKAN DI SMK BAKTI NUSANTARA 666:
Nama :
Linda Ramadhanty
NIM :
1162060060
Jurusan/Program Studi : Pendidikan MIPA/ Pendidikan Biologi
Fakultas :
Tarbiyah dan Keguruan
Dengan
sesungguhnya telah melaksanakan kegiatan observasi sesuai dengan petunjuk yang
ditugaskan sebagai Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati.
Bandung, Juni 2017
Disahkan oleh:
Dosen Pengampu Kepala Sekolah SMK Bakti
Nusantara 666
Dr.
Ara Hidayat, M.Pd Deni
Danis Suara, S.T., M.Kom
NIP: 196307041988011001 NIP
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberadaan
manusia di dunia ini tidak luput dari keanggotaan suatu organisasi. Organisasi
adalah sekumpulan orang-orang yang bergabung di dalam kesatuan kelompok yang
sistematis, terstruktur dan memiliki visi dan tujuan tertentu. Aktivitas
orang-orang di sekolah dalam mengelompokkan, menyusun dan mengatur dalam
berbagai pekerjaan yang perlu diselenggarakan untuk mencapai berbagai tujuan
pendidikan disebut pengorganisasian. Aktivitas tersebut dilakukan secara tertib
dan teratur dalam struktur yang telah ditetapkan oleh mereka yang ada di
dalamnya.
Jika
dikaitkan dengan pendidikan (organisasi pendidikan) adalah tempat untuk melakukan aktivitas
pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan, dan
pengorganisasian pendidikan adalah sebuah proses pembentukan tempat atau system
dalam rangka melakukan kegiatan kependidikan untuk mencapai tujuan pendidikan
yang diinginkan.
Pendidikan
memiliki tujuan yang harus dicapai yang disebut dengan tujuan pendidikan.
Pencapaian tujuan ini akan lebih efektif dan efisien jika dilakukan dengan
menggunakan pendekatan organisasi. Pada zaman ini, proses pendidikan lebih
banyak dipercayakan pada organisasi pendidikan formal (Sekolah atau Madrasah),
karena sekolah merupakan tempat terjadinya proses pendidikan dan organisasi
pendidikan formal.
Penyelenggaraan
pendidikan dalam sebuah organisasi menunjukkan bahwa keberadaan organisasi
pendidikan tersebut ditujukkan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif
dan efisien. Dengan demikian, keberlangsungan proses pendidikan ini menjadi
dasar bagi penetapan tujuan sekolah sebagai suatu organisasi.
Menyadari hal tersebut, maka dari
itu penulis bermaksud melakukan
observasi lapangan untuk mengetahui dan menambah pengetahuan mengenai
tujuan dan manfaat organisasi pendidikan. Berdasarkan hal di atas, maka untuk
observasi lapangan ini penulis mengambil judul “Tujuan dan Manfaat Organisasi Pendidikan di SMK Bakti Nusantara 666”
1.2 Tujuan Kegiatan
Kegiatan
observasi ini dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana tujuan dan manfaat
organisasi pendidikan di SMK Bakti Nusantara 666
1.3 Waktu dan Tempat Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan pada 19
Mei 2017 sampai dengan selesai yang bertempat di SMK Bakti Nusantara 666
terletak di Jl. Raya Percobaan No 65 Km 17,1, Cileunyi kulon, Kecamatan
Cileunyi, Kabupaten Bandung (022) 70721934.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1
Pengertian Organisasi Pendidikan
Istilah “Organisasi” secara
etimologi berasal dari bahasa latin “organum”
yang berarti “alat”. Sedangkan “Organize’’
(bahasa inggris) berarti “mengorganisasikan” yang menunjukkan tindakan atau
usaha untuk mencapai sesuatu. “Organizing”
(Pengorganisasian) menunjukkan sebuah proses untuk mencapai sesuatu. (Hidayat
dan Machali, 2012: 59)
Robbins (dalam Ara Hidayat dan Imam Machali 2012:59) mendefinisikan
organisasi sebagai kesatuan (entity)
sosial yang dikordinasikan secara sadar dengan sebuah batasan yang relatif
dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar relatif terus menerusuntuk mencapai
satu tujuan bersama atau sekelompok tujuan. Sondang P. Siagan (dalam Ara
Hidayat 2012: 59) mengemukakan bahwa organisasi adalah “setiap bentuk
persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara
formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam
ikatan mana terdapat seorang/beberapa orang yang disebut atasan dan
seseorang/sekelompok orang yang disebut bawahan”. (Hidayat dan Machali, 2012:
59)
Hoy dan Miskel (dalam Ara Hidayat
dan Imam Machali 2012: 59-60) menelusuri kajian organisasi dalam tiga
pandangan, yaitu rational, naturan dan open system. Pandangan rasional
organisasi merupakan instrument formal yang dibuat untuk mencapai tujuan
organisasi dan struktur merupakan aspek yang paling penting. Pandangan natural,
organisasi dipandang sebagai kelompok sosial khusus yang bertujuan untuk
pertahanan, orang-orang merupakan aspek yang paling penting. Sedangkan
pandangan open system adalah
organisasi dipandang sebagai sesuatu yang potensial untuk menggabungkan
komponen rasional dan natural dalam suatu kerangka dan memberikan pandangan
yang lebih lengkap. (Hidayat dan Machali, 2012: 59-60)
Jika dikaitkan dengan pendidikan
(organisasi pendidikan) adalah tempat
untuk melakukan aktivitas pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang
diinginkan, dan pengorganisasian pendidikan adalah sebuah proses pembentukan
tempat atau system dalam rangka melakukan kegiatan kependidikan untuk mencapai
tujuan pendidikan yang diinginkan. (Hidayat dan Machali 2012: 60)
Organisasi adalah sekumpulan
orang-orang yang bergabung di dalam kesatuan kelompok yang sistematis,
terstruktur dan memiliki visi dan tujuan tertentu. Aktivitas orang-orang di
sekolah dalam mengelompokkan, menyusun dan mengatur dalam berbagai pekerjaan
yang perlu diselenggarakan untuk mencapai berbagai tujuan pendidikan disebut
pengorganisasian. Aktivitas tersebut dilakukan secara tertib dan teratur dalam
struktur yang telah ditetapkan oleh mereka yang ada di dalamnya. (Ismaya, 2015:
9)
Ara Hidayat dan Imam Machali (2012: 60) mengemukakan unsur-unsur dasar yang
membentuk sebuah organisasi adalah sebagai berikut:
1. Adanya
tujuan bersama, organisasi mensyaratkan sesuatu yang akan diinginkan, biasanya
terumuskan dalam visi, misi, target dan tujuan. Tujuan inilah menyatukan
berbagai unsure dalam organisasi.
2. Adanya
kerjasama dua orang atau lebih, organisasi terbentuk karena kerjasama untuk
mencapai tujuan yang diinginkan bersama.
3. Adanya
pembagian tugas, untuk efektifitas, efisiensi dan produktivitas organisasi
dibutuhkan pembagian tugas.
4. Adanya
kehendak untuk bekerja sama, anggota organisasi mempunyai kemauan/kehendak
untuk bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
2.2 Tujuan dan Manfaat
Organisasi Pendidikan
Ara
Hidayat dan Imam Machali (2012: 60) mengemukakan bahwa pendidikan sebagai
sebuah organisasi harus dikelola sedemikian rupa agar aktivitas pelaksanaan
program pendidikan dapat berjalan secara efektif, efisien dan produktif untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Sehingga diantara tujuan dan manfaat
organisasi pendidikan adalah:
1.
Mengatasi keterbatasan kemampuan,
kemauan dan sumber daya yang dimiliki dalam mencapai tujuan pendidikan.
2.
Terciptanya efektifitas dan efisensi
organisasi dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
3.
Dapat menjadi wadah pengembangan potensi
dan spesialisasi yang dimiliki.
4.
Menjadi tempat pengembangan ilmu
pengetahuan dan lain-lain.
2.3 Jenis-jenis
Organisasi
1. Organisasi Formal
Organisasi
formal adalah organisasi yang dicirikan oleh struktur organisasi. Keberadaan
struktur organisasi menjadi pembeda utama antara organisasi formal dan
informal. Struktur oganisasi formal dimaksudkan untuk menyediakan penugasan
kewajiban dan tanggungjawab kepada personil dan membangun hubungan tertentu
diantara orang-orang pada berbagai kedudukan. Lembaga pendidikan (SD/MI,
SMP/MTs, SMU/MA) merupakan contoh
organisasi formal.
Struktur
dalam organisasi formal memperlihatkan unsure-unsur adaministrasi sebagai
berikut:
a)
Kedudukan. Struktur menggambarkan
letak/posisi setiap orang dalam organisasi.
b)
Hirarki kekuasaan. Struktur digambarkan
sebagai suatu rangkaian hubungan antara satu orang dengan orang lain dalam
suatu organisasi.
c)
Kedudukan garis dan staff. Organisasi
garis menegaskan struktur pengambilan keputusan, jalan permohonan dan saluran
komunikasi resmi untuk melaporkan informasi dan mengeluarkan intruksi, perintah
dan petunjuk pelaksana.(Hidayat dan Machali, 2012: 61)
2. Organisasi Informal
Sulit
mendefinisikan organisasi informal, akan tetapi keberadaan dan karakteristiknya
sangat akrab ditengah-tengah masyarakat kita.Karakteristik organisasi informal
ini adalah adanya norma perilakum tekanan untuk menyesuaikan diri dan adanya
kepemimpinan informal. (Hidayat dan Machali, 2012: 62)
Norma
perilaku adalah standar perilaku yang diharapkan menjadi perilaku bersama yang
ditetapkan oleh kelompok dalam sebuah kesepakatan sosisal, sehingga sangsinya
pun sangsi sosial. Norma perilaku dalam organisasi informal, akan tetap menjaid
kesepakatan bersama diantara orang-orang atau anggota kelompok/organisasi.
(Hidayat dan Machali, 2012: 62)
Tekanan
untuk menyesuaikan diri akan muncul apabila seseorang akan bergabung dengan
suatu kelompok informal. Tergabungnya seseorang dalm kelompok informal bukan
semata-mata fisik, akan tetapi melibatkan sosio-emosionalnya, sehingga menjadi
satu kesatuan dan saling memiliki diantara anggota. (Hidayat dan Machali, 2012:
62)
Kepemimpinan
informal dalam organisasi informal menjadi salah satu komponen yang sangat kuat
mempengaruhi orang-orang di dalam organisasi, bahkan dimungkinkan melebihi
kepemimpinan dalam organisasi formal. Pemimpin informal muncul dari kelompok
dan membimbing serta mengarahkan melalui persuasi dan pengaruh. Kepemimpinan
semacam ini dapat dilihat dalam kepemimpinan adat suku tertentu, kelompok,
agama dan lain-lain. (Hidayat dan Machali, 2012: 62)
2.4 Budaya Organisasi
A. Pengertian Budaya Organisasi
Budaya
organisasi merupakan pola nilai-nilai, kepercayaan, asumsi-asumsi, sikap-sikap
dan kebiasaan-kebiasaan seseorang atau kelompok manusia yang mempengaruhi
perilaku kerja dan cara bekerja dalam organisasi. Dalam pengertian lain, juga
dapat dikatakan bahwa budaya organisasi adalah sebuah system nilai, kepercayaan
dan kebiasaan-kebiasaan dalam suatu organisasi yang saling berinteraksi
sehingga menghasilkan norma-norma prilaku organisasi. (Hidayat dan Machali,
2012: 63)
Budaya
diyakini mempunyai pengaruh terhadap kehidupan organisasi. Budaya dapat
dipikirkan sebagai persepsi yang tidak terwujudkan dimana secara umum hal
tersebut diterima oleh suatu kelompok tertentu. Konsep dari budaya organisasi
ini adalah sebuah persepsi bawah sadar bagi para anggota organisasi. Persepsi
ini, meliputi kata-kata, tindakan, rasa, keyakinan dan nilai-nilai yang dapat
berpengaruh terhadap kinerja organisasi. (Hidayat dan Machali, 2012: 63)
B.
Fungsi Budaya Organisasi
Budaya
organisasi mempunyai beberapa fungsi diantaranya adalah:
1.
Memberikan identitas organisasi kepada anggotanya.
2.
Memudahkan komitmen kolektif.
3.
Mempromosikan stabilitas system social
4.
Membentuk perilaku dengan membantu manager merasakan keberadaanya.
C. Tipe Budaya Organisasi
Noe
dan Mondy (dalam Ara Hidayat dan Imam Machali 2012: 64) membedakan tipe budaya
organisasi dalam dua kelompok yaitu:
1. Open and participative culture
Open and participative culture ditandai
oleh adanya kepercayaan terhadp bawahan, komunikasi yang terbuka, kepemimpinan
yang suportif dan penuh perhatian, penyelesaian masalah secara kelompok, adanya
otonomi pekerja, sharing informasi
dan pencapaian tujuan dan outputnya yang tinggi.
2.
Closed
and autocratic culture
Closed and autocratic culture
ditandai oleh pencapaian tujuan output
yang tinggi, namun pencapain tersbut mungkin lebih dinyatakan dan dipaksakan
pada organisasi dengan para pemimpin yang otokrasi dan kuat. Semakin besar
rigiditas dalam budaya ini, yang merupakan hasil kepatuhan yang ketat terhadap
suatu mata rantai komando formal, semakin sempit pula rentang managemen dan
akuntabilitas individual. Selain itu, karakteristik ini lebih menekankan pada
individual daripada teamwork.
D.
Pembentukan Budaya Organisasi
Budaya organisasi hakekatnya adalah
fenomena kelompok, karenanya terbentuknya budaya organisasi tidak dapat lepas
dari dukungan kelompok dan terbentuk dalam waktu yang lama. Pembentukan budaya
organisasi juga melibatkan tokoh (top
manager) yang secara ketat menerapkan visi, misi dan nilai-nilai organisasi
kepada para bawahannya, sehingga dalam waktu tertentu menjadi kebiasaan dan
dijadikan acuan oleh seluruh anggotanya untuk bertindak dan berperilaku.
(Hidayat dan Machali, 2012: 68)
![]() |
Gambar 1 Terbentuknya budaya organisasi (Robbins,
Perilaku Organisasi II 1996: 302)
Dari gambar tersebut terlihat jelas
filsafat organisasi dimana pendiri memiliki asumsi, persepsi dan nilai-nilai
yang harus diseleksi terlebih dahulu. Hasil seleksi tersebut akan dimunculkan
ke permukaan yang nantinya akan menjadi karakteristik budaya organisasi.
(Hidayat dan Machali, 2012: 69)
2.5
Strategi Memperkuat Organisasi
Sebuah
organisasi membutuhkan kualitasdan integritas, sebab dengan kualitas dan
integritas tinggi organisasi akan mampu bertahan dan meraih kesuksesan serta
kualitasnya. Integritas yang terdapat di dalam organisasi sangat tergantung
pada solidaritas para anggotanya. Solidaritas ini menunjuk pada suatu keadaan
hubungan antar individu atau kelompok yang didasarkan pada persaan moral dan
kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional
bersama. Ikatan ini lebih mendasar dibandingkan dengan hubungan kontraktual
yang dibuat atas dasar hubungan rasional. Durkheim dalam bukunya Divison of labor in society membagi
solidaritas menjadi dua bagian, yaitu solidaritas mekanik dan solidarita
organik. (Hidayat dan Machali, 2012: 70)
1.
Solidaritas
Mekanik
Ciri
khas solidaritas mekanik didasrkan pada tingkat homogenitas tinggi dalam
kepercayaan dan sentiment (perasaan) yang sama pada organisasi sebagai suatu
system dalam bekerjasama. Bagi organisasi yang hanya mengenal soilidaritas
mekanik, jenis pekerjaan dilakukan bersama-sama. Akibatnya tidak terdapat
pembagian kerja secara utuh. Setiap individu di organisasi melakukan pekerjaan
bersama-sama tanpa memiliki spesialisasi yang jelas. Sehingga keadaan demikian
merupakan kelemahan solidaritas mekanik yang berpengaruh terhadap kualitas
akhir pekerjaan. Bila terjadi kegagalan, maka individu dalam organisasi tidak
ada yang bertanggungjawab, karena pekerjaan dilakukan bersama. Hal ini dapat
mengakibatkan adanya saling lempar kesalahan. Begitu pula halnya apabila seseorang
pekerja tidak hadir, maka situasi kerja tidak akan terganggu. Karena individu
yang terlibat dalam pekerjaan satu sama lain lepas dari ikatan., tanggung jawab
pekerjaan dan tidak ada saling ketergantungan. (Hidayat dan Machali, 2012:
70-71)
2.
Solidaritas
Organik
Lawan dari solidaritas mekanik adalah solidaritas
organic yang muncul dengan adanya pembagian kerja yang jelas, dimana setiap
individu dalam organisasi yang terlibat dalam penyelesaian suatu pekerjaan akan
memegang wewenang dan tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Ciri khas
solidaritas organik didasarkan pada saling ketergantungan tinggi. Saling
ketergantugan itu bertambah sebagaimana bertambahnya spesialisasi pekerjaan
dalam pembagian kerja. Hal ini juga dapat memunculkan gairah kerja sebagai alat
bertambahnya pekerjaan, yang kemudian akan dapat meningkatkan kualitas kerja
serta hasil akhirnya. Solidaritas organic merupakan solidaritas yang didasarkan
pada pembagian kerja dan tanggung jawab yang jelas antar anggota organisasi.
Seperti perusahaan dan organisasi pemerintah. (Hidayat dan Machali, 2012: 71)
No
|
Solidaritas Mekanik
|
Solidaritas Organik
|
1.
|
Pembagian kerja rendah
|
Pembagian kerja tinggi
|
2.
|
Kesadaran kolektif kuat
|
Kesadaran kolektif lemah
|
3.
|
Hukum represif dominan
|
Hukum restritutif (memulihkan) dominan
|
4.
|
Individualitas lemah
|
Individualitas tinggi
|
5.
|
Konsesus terhadap pola-pola normative penting
|
Konsesus terhadap nilai-nilai anstrak dan umum
penting.
|
6.
|
Keterlibatan organisasi dan setiap individu di
dalamnya berperan dalam menghukum pekerja yang menyimpang
|
Badan-badan atau kontrol sosial menghukum pekerja
yang menyimpang
|
7.
|
Ketergantungan dalam pekerjaan rendah
|
Ketergantungan dalam pekerjaan tinggi
|
8.
|
Bersifat agraris pedesaan
|
Bersifat industry perkotaan
|
Tabel
1 Perbedaan Organisasi Atas Dasar Solidaritas
2.6 Tim Kerja Dalam Organisasi
Tim
kerja adalah kelompok krja yang bekerja guna tercapainya tujuan organisasi. Tim
kerja adalah kumpulan dari individu-individu dengan keahlian spesifik yang
bekerjasama dan berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama. Inti dari tim kerja
terdiri dari tiga komponen penting yaitu komitmen bersama, saling percaya dan
saling menghormati. Ketiga factor utama inilah yang membuat tim kerja semakin
kuat bila dibandingkan dengan masing-masing anggota yang bekerja secara
mandiri. “Bersatu kita teguh bercerai
kita runtuh” merupakan pepatah yang menjadi spirit dan nilai dasar dari
pembangunan tim kerja dalam organisasi. (Hidayat idan Machal, 2012: 73)
Tim
kerja beberbda dari sekedar kelompok kerja tradisional. Pada tim kerja dituntut
akuntabilitas, baik secara individu maupun kelompok. Inilah yang membuat tim
kerja dapat tampil lebih baik dibandingkan satu orang yang paling baik
sekalipun. (Hidayat dan Machali, 2012: 73)
Pengembangan
tim kerja umumnya melalui empat proses yaitu :
1.
Tahap pembentukan.
Pada
tahap ini pemimpin dan para anggota tim berupaya untuk menyesuaikan tujuan
individu dengan tujuan bersama.
2.
Tahap perselisihan
Pada
tahap iniakan terjadi situasi yang krusial dari suatu pengembangan tim. Hal ini
disebabkan oleh berbagai factor seperti perbedaan budaya, perilaku, ambiguitas
pekerjaan dll. Setiap anggota perlu menyesuaikan diri dengan norma yang akan
dikembangkan oleh tim, dan setiap anggota beresdia membatasi kemerdekaan
individu demi kesuksesan tim kerja.
3.
Tahap penetapan nilai
Pada
tahap ini perenungan kembali terhadap impian tim perlu dilakukan oleh setiap
anggota kelompok kerja. Hal ini dapat dilakukan dengan refleksi bersama atas
visi, misi dan tujuan bersama dalam organisasi.
4.
Tahap kinerja
Pada
tahap ini komponen penting adalah komitmen bersama, saling percaya, dan saling
menghormati. Komponen-komponen ini menjadi ruh bagitim untuk melaksanakan tugas
dalam kinerja tim. (Hidayat, 2012: 73-74)
BAB
III
METODOLOGI
3.1 Prosedur
Prosedur kegiatan observasi ini diawali dengan
pembagian materi yang telah ditentukan, kemudian membuat perencanaan berupa
surat permohonan izin survey/kunjungan yang meliputi tempat dan waktu kegiatan.
Setelah itu, dilakukan kunjungan ke SMK Bakti Nusantara 666
3.2 Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam kegiatan ini adalah berupa
wawancara kepada satu atau lebih narasumber yang bersifat informational interview dan mengutip dari buku Pengelolaan
Pendidikan yaitu:
Hidayat,
Ara dan Imam Machali. “Pengelolaan Pendidikan, konsep, prinsip, aplikasi dalam
mengelola sekolah dan madrasah” Yogyakarta: Kaukaba (2012).
Hidayat
Ara dan Imam Machali. 2012. Pengelolaan
Pendidikan. Yogyakarta: Kaukaba
Ismaya,
Bambang. 2015. Pengelolaan Pendidikan.
Bandung: PT Refika Aditama
Sutikno,
Robby. 2010. Pengelolaan Pendidikan
Tinjauan Umum dan Konsep Islami. Bandung: Prospect
BAB
IV
HASIL
OBSERVASI
1. Dalam
organisasi terdapat tiga kajian, yaitu
rasional, natural dan open system.
Lantas pandangan organisasi manakah yang dianggap sesuai oleh SMK Bakti
Nusantara 666 ini?
Pandangan
open system dianggap sebagai kajian
yang sesuai, karena pandangan ini menggabungkan antara pandangan rasional dan
pandangan natural. Didalmnya terdapat tujuan organisasi, struktur organisasi,
kelompok sosial untuk pertahanan dan orang-orang merupakan aspek yang penting.
2.
Dalam organisasi terdapat tujuan bersama
yang terumuskan dalam visi, misi dan tujuan. Lantas, apa visi dan misi dari SMK
Bakti Nusantara 666?
Visi:
Menjadi lembaga pendidikan dan pelatihan yang
bermutu,dan berwawasan internasional dengan lulusan yang mantap dalam imtaq,
unggul dalam iptek, berprestasi, serta siap bersaing dalam menghadapi tantangan
global.
Misi :
a.
Menghasilkan tamatan yang memiliki
ketagwaan yang tinggi kepada Tuhan yang maha esa, dan memiliki kesadaran yang
tinggi terhadap keharmonisan lingkungan.
b.
Menghasilkan tamatan yang memiliki
kompetensi tinggi, mampu bersaing di pasar tenaga kerja nasional dan
internasional.
c.
Menghasilkan tamatan yang mampu memenuhi
tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai bekal untuk mengembangkan
dirinya.
d.
Menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan di bidang teknologi bagi masyarakat.
Selain visi dan misi, SMK Bakti Nusantara memiliki
motto “SAJUTA (Santun, Jujur dan Taat) serta 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan,
Santun) yang harus dapat diterapkan tidak hanya oleh siswa, tetapi oleh segenap
civitas akademika SMK Bakti Nusantara.
3.
Hal-hal apa sajakah yang sudah dilakukan
oleh civitas akademika SMK Bakti Nusantara 666 agar dapat mencapai visi dan
misi tersebut?
Untuk
dapat mencapai visi dan misi SMK Bakti Nusantara 666 sebagai organisasi
pendidikan formal, khususnya dalam bidang Iman dan Taqwa para siswa mendapatkan
mata pelajaran tambahan seperti Dirosah islam yang kegiatan belajar mengajarnya
dilakukan di Mesjid, shalat duha bersama, shalat jum’at (laki-laki) dan dzuhur
berjamaah, serta menyediakan Asrama Pesantren. Dalam bidang Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi, salah satu bukti nyata yang sudah dilakukan yaitu pada saat UTS,
UAS, UN dan Ujikom menggunakan CBT (Computer
based test) yang penggunaannya
sudah dilakukan sejak 2015, selain itu setiap fasilitas yang digunakan oleh
siswa sudah berstandar nasional agar dapat menunjang proses pembelajaran secara
efektif dan efesien. Untuk dapat bersaing dan melatih kemampuan soft skill, para siswa megikuti Praktik
Kerja Industri selama 2 Bulan.
Terdapat
5 Program Studi/Jurusan di SMK Bakti Nusantara 666, yaitu: RPL (Rekayasa Perangkat
Lunak) DKV (Desain Komunikasi Visual), Animasi, Akuntansi, Pemasaran.
4.
Di dalam struktur organisasi formal
tedapat kedudukan, hierarki kekuasaan dan kedudukan garis dan staff. Bagaimana
ke tiga hal tersebut dijalankan oleh SMK Bakti Nusantara 666?
(Struktur
organisasi SMK Bakti Nusantara terlampir)
Seperti
pada umumnya, terdapat struktur organisasi, SMK Bakti Nusantara terdapat di
bawah naungan YPDM Bakti Nusantara 666, kepala sekolah ditunjuk dan dapat
diberhentikan langsung oleh ketua yayasan (H.Suherman) dengan masa jabatan yang
tidak dapat ditentukan, namun terdapat sedikit perbedaan istilah, disini
terdapat Wakasek Hubungan Industri, sedangkan di SMAN/SMAs disebut dengan
Wakasesk Hubungan Masyarakat, tetapi Wakasek Hubungan Industri memiliki tupoksi
menjalin hubungan dengan perusahaan/industry untuk menyalurkan lulusannya ke
industry tersebut. Selain itu, kepala sekolah dibantu oleh masing-masing KAPROG
RPL (Rekayasa Perangkat Lunak) DKV (Desain Komunikasi Visual), Animasi,
Akuntansi, Pemasaran.
5.
Bagaimana mekanisme yang digunakan dalam
pengambilan keputusan? Apakah diputuskan langsung oleh kepala sekolah sebagai leader?
Dalam
mekanisme pengambilan keputusan tidak serta merta langsung diputuskan oleh
kepala sekolah, tetapi mengikuti prosedur yang telah ditetapkan, salahsatu
prosedur tersebut yaitu melalui rapat. Contohnya adalah menjelang kenaikan
kelas selalu diadakan rapat untuk membahas hal-hal seperti kasus anak-anak yang
bermasalah untuk naik kelas. Tetapi semua hal yang menyangkut paut mengenai
pendidikan di SMK Bakti Nusantara 666, kepala sekolah wajib mengetahui dan
dapat mempertimbangkan untuk dapat disetujui. Selain itu, dalam pengambilan
keputusan pun harus didasarkan pada kedudukan garis dan staff yang didalamnya
terdapat garis intruksi dan koordinasi.
6.
Bagaimana dengan mekanisme pendelegasian
tugas? Apakah diperbolehkan?
Jika
dilihat dari stuktur organisasi, pendelegasian tugas tidak diperbolehkan,
tetapi jika dilihat dari pandangan budaya organisasi hal tersebut dapat
diperbolehkan. Pendelegasian tugas pun pada dasarnya mengacu pada struktur
organisasi (kedudukan garis dan staff). Misalnya, jika guru BK membutuhkan data
siswa dari operator sekolah, maka hal tersebut harus dengan sepengetahuan
wakasek kesiswaan dan kepala TU
7.
Apakah terdapat norma perilaku di SMK
Bakti Nusantara 666?
SMK
Bakti Nusantara memiliki motto “SAJUTA (Santun, Jujur dan Taat) serta 5S (Senyum,
Salam, Sapa, Sopan, Santun) yang harus dapat diterapkan tidak hanya oleh siswa,
tetapi oleh segenap civitas akademika SMK Bakti Nusantara.
8.
Dalam tipe budaya organisasi terdapat Open and participative culture dan closed and autocratic culture. Sifat apa
sajakah yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah selaku leader?
Seorang
kepala sekolah harus bijaksana, tegas, cepat mengambil keputusan, memiliki
kepercayaan terhadap bawahan,.dapat berkomunikasi dengan baik dan kepemimpinan
yang suportif.
9.
Apakah sering terdapat konflik internal
di SMK Bakti Nusantara? Jika ada bagaimana cara menyelesaikannya?
Setiap
organisasi manapun pasti mengalami konflik, begitupun hal nya dengan SMK Bakti
Nusantara 666. Biasanya konflik terjadi karena komunikasi yang buruk serta
pengambilan keputusan yang tidak efektif dan tidak difahami. Contohnya, saat
ujian siswa yang sudah keluar masih terdata sebagai peserta ujian. Seharusnya
pihak lain (kurikulum dan kesiswaan) berkomunikasi dengan TU agar dapat
mengetahui perkembangan data yang paling terbaru. Untuk menangani permasalahan
yang dapat menimbulkan konflik tersebut, di SMK Bakti Nusantara 666 salah
satunya memiliki data centre (system online) yang dapat diakses oleh
semua pihak yang membutuhkan, termasuk oleh guru.
10.
Bagaimana strategi untuk memperkuat SMK
Bakti Nusantara 666 selaku organisasi pendidikan formal?
Dalam
suatu organisasi yang mengalami kemajuan akan terdapat ketergantungan pada
setiap individu di organisasi yang bersangkutan. Guru di SMK Bakti Nusantara
666 memegang pekerjaan sesuai dengan keahlian masing-masing sebagai
spesialisasinya. Terdapat juga pembagian kerja dan tanggung jawab yang jelas
antar anggota organisasi. Selain itu, digunakan juga system deadline, pengawasan dan laporan masing-masing staff yang tercermin
dalam bentuk kerja sama.
11.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan yang telah dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa SMK Bakti Nusantara 666 sebagai salah satu contoh organisasi
formal merupakan tempat aktivitas pendidikan yang didalamnya terdapat sekumpulan
orang-orang yang bergabung di dalam kesatuan kelompok yang sistematis,
terstruktur dan memiliki visi dan tujuan tertentu. Aktivitas orang-orang di
sekolah dalam mengelompokkan, menyusun dan mengatur dalam berbagai pekerjaan
yang perlu diselenggarakan untuk mencapai berbagai tujuan pendidikan dilakukan
secara tertib dan teratur dalam struktur yang telah ditetapkan oleh mereka yang
ada di dalamnya.
Dalam mekanisme pengambilan keputusan dan
pendelegasian tugas harus didasarkan pada unsur-unsur administrasi struktur
organisasi formal yang meliputi kedudukan, hirarki kekuasaan dan kedudukan
garis dan staff. “SAJUTA (Santun, Jujur dan Taat) serta 5S (Senyum, Salam,
Sapa, Sopan, Santun) merupakan motto sekaligus norma perilaku yang secara
tersurat terdapat di SMK Bakti Nusantara 666.
Kepala sekolah pun harus bertipe budaya Open and participative culture.
Komunikasi yang baik digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi konflik
internal yang ada. Selain itu, spesialisasi pekerjaan, pembagian kerja dan
tanggung jawab yang jelas merupakan strategi untuk memperkuat organisasi.
5.2 Saran
Adapun
saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil kegiatan observasi adalah bagi
pembaca agar dapat memaknai tujuan dan manfaat organisasi pendidikan, bagi
penulis selanjutnnya agar mengkaji lebih dahulu mengenai pengorganisasian dan
manajemen pendidikan sehingga dapat memberi kelancaran kegiatan observasi yang
akan dilakukan serta mengetahui dan dapat membandingkan gejala yang benar-benar
terjadi dalam sebuah organisasi pendidikan
formal. Bagi sekolah selaku tempat terjadinya aktivitas pendidikan dan sebagai
sebuah organisasi formal segala sesuatunya harus dilakukan secara tertib,
teratur dalam struktur yang telah ditetapkan, dapat membangun komunikasi yang
baik dan meningkatkan solidaritas para anggotanya karena soilidaritas
berpengaruh terhadap kualitas dan integritas sebuah organisasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Hidayat,
Ara dan Imam Machali. “Pengelolaan Pendidikan, konsep, prinsip, aplikasi dalam
mengelola sekolah dan madrasah” Yogyakarta: Kaukaba (2012).
Hidayat
Ara dan Imam Machali. 2012. Pengelolaan
Pendidikan. Yogyakarta: Kaukaba
Ismaya,
Bambang. 2015. Pengelolaan Pendidikan.
Bandung: PT Refika Aditama
Sutikno,
Robby. 2010. Pengelolaan Pendidikan
Tinjauan Umum dan Konsep Islami. Bandung: Prospect
Samsung's Titanium Watch – watch sports apps and apps on your
BalasHapusWhen Samsung titanium connecting rod introduced the smartwatch in ford fusion titanium November 2018, 2016 ford fusion energi titanium it was billed as a premium flagship, titanium white a flagship device to follow titanium properties the